Oleh:
Singgih SUbiyantoro dan Nur Rochmat
- Pendahuluan
Salah satu tugas utama guru adalah melaksanakan
pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang
ditujukan untuk membelajarkan siswa, atau kegiatan secara sengaja untuk
memperoleh pengetahuan dan perubahan perilaku pebelajar. Dalam proses
pembelajaran sering kali kita temui adanya kecenderungan guru meminimalkan
keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan mengakibatkan
siswa lebih pasif, mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari
dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
Konsep belajar mandiri sangat berbeda dengan konsep pembelajaran di
atas. Belajar
mandiri bukan berarti
belajar sendiri. Belajar mandiri adalah kegiatan
belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai kompetensi
tertentu guna mengatasi suatu masalah, dibangun dengan bekal pengetahuan dan kompetensi
yang telah dimiliki pebelajar (Mudjiman, 2011: 9). Belajar mandiri juga dapat
dikatakan sebagai cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri
individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru, tatap muka di kelas, atau dengan
kehadiran teman sekolah. Dalam pengertian ini, pebelajar bebas untuk menentukan
tujuan belajarnya, strategi belajarnya, merencanakan proses belajar,
menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan dan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar. Meskipun
demikian, bukan berarti dalam belajar mandiri pebelajar tidak lagi memerlukan
peranan guru. Guru tentunya juga mengemban tugas yang cukup besar dalam rangka
menumbuhkan niat dan motivasi belajar siswa.
Pada bab
selanjutnya akan dibahas lebih detail mengenai peranan dan tugas-tugas guru
dalam belajar mandiri siswa.
- Pembahasan
Di
dalam pasal 4 UU. No. 14 Tahun 2005 juga telah dijelaskan bahwa guru merupakan
agen pembelajaran. Maksudnya yaitu guru berperan
sebagai fasilitator, motivator, perekayasa pembelajaran, dan inspirator bagi
peserta didik. Penjelasan tersebut memberikan suatu pemahaman bahwa, terdapat
empat peran penting yang harus dilakukan guru dalam kaitannya dengan upaya
peningkatan kualitas belajar siswa, yaitu :
1. Guru
Sebagai Fasilitator
Jika
prestasi belajar adalah hasil, maka belajar merupakan prosesnya. Dalam proses
itu, tentunya siswa akan menemui berbagai permasalahan. Di sinilah peranan
fasilitaor dibutuhkan. Fasilitator adalah orang yang memfasilitasi belajar
siswa. Fasilitator dalam konsep belajar mandiri, guru dan sekolah tidak lagi
menjadi titik pusat kegiatan, tetapi lebih bersifat sebagai pendukung kebutuhan
siswa.
Wina Senjaya (www.pustekkom.go.id) mengatakan bahwa agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. Dari ungkapan ini, jelas bahwa sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Sebagai gambaran, dalam ilmu sosial guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk menganalisa fenomena kehidupan sosial yang terjadi pada lingkungannya melalui majalah, koran, televisi, internet, dan fenomena kehidupan sosial sehari-hari sehingga siswa akan lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar dengan pengalaman hidup yang ia alami.
Wina Senjaya (www.pustekkom.go.id) mengatakan bahwa agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. Dari ungkapan ini, jelas bahwa sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Sebagai gambaran, dalam ilmu sosial guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk menganalisa fenomena kehidupan sosial yang terjadi pada lingkungannya melalui majalah, koran, televisi, internet, dan fenomena kehidupan sosial sehari-hari sehingga siswa akan lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar dengan pengalaman hidup yang ia alami.
Made
Pidarta (www.pustekkom.go.id) juga menjelaskan bahwa perilaku-perilaku yang
perlu diperhatikan para pendidik sebagai fasilitator adalah sebagai berikut:
(1) pendidik bertindak sebagai mitra; (2) melaksanakan disiplin yang permisif,
ialah memberi kebebasan bertindak asal semua peserta didik aktif belajar; (3)
memberi kebebasan kepada semua peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi
mereka masing-masing; (4) mengembangkan cita-cita riil para peserta didik atas
dasar pemahaman mereka tentang diri sendiri; (5) melayani pengembangan bakat
setiap peserta didik; (6) melakukan dialog atau bertukar pikiran secara kritis
dengan peserta didik; (7) memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk
berkreasi; (8) mempergunakan metode penemuan; (10) mempergunakan metode
pembuktian.
2. Guru
Sebagai Motivator
Motivasi
adalah suatu energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kegiatan
belajar motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan, memberikan, dan menentukan arah kegiatan belajar. Siswa yang tidak
mempunyai motivasi tidak mungkin akan melakukan aktifitas belajar.
Motivasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu : (1) motivasi intrinsik, adalah sebuah motivasi yang lahir dari diri pribadi seseorang, (2) motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Sebagai motivator guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa khususnya siswa yang belum memiliki motivasi diri sehingga secara perlahan akan lahir suatu kesadaran dalam dirinya untuk mengantarkannya kepada pintu kesuksesan. Banyak hal yang dapat dilakukan guru agar siswa selalu termotivasi untuk belajar, antara lain :
Motivasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu : (1) motivasi intrinsik, adalah sebuah motivasi yang lahir dari diri pribadi seseorang, (2) motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Sebagai motivator guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa khususnya siswa yang belum memiliki motivasi diri sehingga secara perlahan akan lahir suatu kesadaran dalam dirinya untuk mengantarkannya kepada pintu kesuksesan. Banyak hal yang dapat dilakukan guru agar siswa selalu termotivasi untuk belajar, antara lain :
a.
Menciptakan suasana kelas yang kondusif, situasi
belajar yang menyenangkan, dan tidak mudah untuk memarahi siswa.
b.
Bersikap simpati kepada siswa sehingga siswa akan
merasa bahwa guru adalah pelindung sekaligus orang tua selama berada di
sekolah.
c.
Menciptakan persaingan yang sehat diantara siswa
d.
Menjadikan lingkungan dan alam sebagai media belajar
dengan menunjukkan contoh-contoh konkrit yang berada pada lingkungan hidupnya.
e.
Memberikan reward bagi siswa berprestasi.
Motivasi juga dapat dilakukan guru melalui kerjasama atau
koordinasi dengan orang tua. Peran orang tua, misalnya : (1) secara efektif
mengatur dan memonitor waktu anak; (2) membimbing mereka dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah; dan (3) mendiskusikan masalah-masalah sekolah dengan anak.
3. Guru
sebagai Perekayasa Pembelajaran
Guru
profesional harus memiliki daya kreatifitas yang tinggi dalam menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Kondisi pembelajaran yang tidak
kondusif dan menegangkan akan melahirkan suatu tekanan psikis dalam diri siswa,
yang berdampak pada hilangnya konsentrasi belajar siswa. Suasana belajar yang
kondusif dan menyenangkan tersebut dapat diciptakan guru dengan kreatifitasnya
dalam merekayasa materi pembelajaran ke dalam berbagai bentuk media, seperti
media audio, media audio-visual, media cetak, media objek fisik, komputer, dan
internet. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat memperlancar interaksi
antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan
efisien.
Seiring dengan kemajuan teknologi, pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK (komputer/internet) merupakan suatu pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa.
Seiring dengan kemajuan teknologi, pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK (komputer/internet) merupakan suatu pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa.
Mengutip
pendapat Kemp dan Dayton (www.pustekkom.go.id) yang mengatakan bahwa manfaat
pembelajaran dengan menggunakan media antara lain : (1) mampu memberikan kesan
yang mendalam dan tahan lama pada diri siswa, (2) membuat pelajaran yang
abstrak menjadi konkrit, dan (3) Meningkatkan kualitas hasil belajar. Fungsi atau
peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain : (1) dapat menghindari
terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat atau motivasi, (3) menarik
perhatian, (4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan
siswa dalam belajar, dan (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
4. Guru
Sebagai Inspirator
Guru harus dapat
memberikan inspirasi atau petunjuk yang baik bagi kemajuan belajar siswa. Guru
harus memberikan contoh kepada siswa bagaimana cara belajar yang baik, media
apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga hal tersebut akan
melahirkan sebuah inspirasi dan dalam diri siswa tersebut untuk terus belajar
guna meraih prestasi.
Koller (www.teachthought.com) mengatakan
salah satu revolusi di bidang pendidikan adalah bahwa pembelajaran konvensional akan
berkurang, pembelajaran akan banyak dilakukan secara mandiri oleh para
pebelajar dengan keterlibatan instruktur untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan menumbuhkan motivasi serta kedisiplinan. Hal itu menunjukkan
bahwa pembelajaran akan kembali ke masa
Plato, yakni belajar melalui interaksi
interpersonal dan penerapan teknologi baru untuk menumbuhkan berfikir kritis dan gairah belajar. Ada 6 peran guru dalam kegiatan
belajar mandiri.
1. Instruktur/ manajer pembelajaran
Jika bahan ajar
benar-benar individual,
misalnya seperti video pembelajaran,
e-book, maka perlu adanya
seseorang untuk
membantu siswa mengarahkan
dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan siswa. Instruktur akan memiliki
peran dalam mengontrol
kegiatan belajar siswa, memastikan tugas-tugas siswa dikerjakan secara mandiri
bukan karya orang lain, serta memberikan
dukungan ketika peserta didik gagal mencapai standar kompetensi tertentu.
2. Remediator
Ketika ada siswa yang gagal mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan,
guru /instruktur harus bertindak sebagai perantara memecahkan masalah belajar siswa dan juga memberikan alternatif-alternatif pembelajaran,
misalnya belajar dengan tatap muka.
3. Pemupuk Ilmu
Jika diperlukan, guru bisa
menyediakan kegiatan pengayaan materi
di luar lingkup
sistem pembelajaran otomatis. Dalam hal ini, guru membantu siswa
menguasai konsep-konsep dasar informasi, membantu siswa menggunakan informasi
yang telah mereka peroleh menjadi sebuah pengetahuan.
4. Kolaborator /
Mentor
Salah satu
kemungkinan dalam pendidikan
yang mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, guru akan sangat dibutuhkan untuk melayani proses belajar siswa, yakni sebagai
kolaborator dan mentor siswa
dalam kegiatan belajar maupun berwirausaha. Kegiatan-kegiatan tersebut akan membantu siswa
mengembangkan keterampilan berharga yang sebenarnya dibutuhkan oleh para siswa.
5. Pengembang bahan ajar
Salah satu
peran penting guru dalam sistem belajar
mandiri adalah menciptakan bahan ajar mandiri bagi siswa sesuai kurikulum dan
kebutuhan siswa. Ini sebenarnya adalah salah satu fungsi yang paling penting
bahwa pendidik benar-benar memahami
kebutuhan siswa mereka, kekuatan, kelemahan, dan kemampuan dasar siswanya. Dengan demikian,
guru/ pendidik bisa menjadi sumber daya berharga yang akan digunakan untuk
membantu meningkatkan konten-konten
pembelajaran.
6. N / A (Not Available)
Meskipun cukup
tidak masuk akal, perbaikan
sistem pendidikan lebih lanjut dari sistem belajar mandiri akan membuat pendidik usang. Internet menjadi pusat akses informasi, dan ada potensi
untuk menciptakan kesempatan belajar baru.
Sementara itu banyak kemungkinan teknologi baru dapat memberikan kemudahan bagi siswa dan mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga hampir membebaskan guru dari banyak rutinitas. Namun, penting untuk diingat bahwa pembelajaran yang sesungguhnya akan terjadi dalam konteks dan melalui proses mediasi sosial. Bahkan, belum ada satupun teknologi yang dapat mencapainya. Oleh karena itu kita tetap membutuhkan peranan guru dalam memberikan aspek yang paling penting dari pendidikan, yaitu sentuhan/ perasaan/ afeksi.
Sementara itu banyak kemungkinan teknologi baru dapat memberikan kemudahan bagi siswa dan mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga hampir membebaskan guru dari banyak rutinitas. Namun, penting untuk diingat bahwa pembelajaran yang sesungguhnya akan terjadi dalam konteks dan melalui proses mediasi sosial. Bahkan, belum ada satupun teknologi yang dapat mencapainya. Oleh karena itu kita tetap membutuhkan peranan guru dalam memberikan aspek yang paling penting dari pendidikan, yaitu sentuhan/ perasaan/ afeksi.
Tanggungjawab
seorang guru dalam proses belajar mandiri setidaknya ada 2 (Mudjiman, 2011: 17)
yaitu;
1. Menguasai bidang studi dan teknik
mengajar
Hal ini diperlukan untuk membuat
siswa tertarik dengan materi yang diajarkan, dan selanjutnya tertarik untuk
mempelajari sendiri lebih mendalam tanpa bantuan sepenuhnya dari guru.
2. Membantu siswa melalui tahap-tahap
pengembangan belajar mandiri
Guru harus memberikan stimulus,
menumbuhkan niat, membuat keputusan yang benar, bertindak belajar, menilai
hasil belajarnya sehingga emberikan kepuasan kepada siswa hingga membuat
kegiatan belajar berkelanjutan.
Adapun
tugas-tugas guru dalam belajar mandiri siswa, diantaranya sebagai berikut
(Mudjiman, 2011);
1. Merangsang siswa belajar
Merangsang siswa untuk menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimiliki siswa agar dapat memahami dan
menginterpretasikannya ke dalam pengetahuan baru.
2. Menjadi fasilitator
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang
fasilitator adalah bertanya, mendukung dari belakang, membimbing siswa menarik
kesimpulan sendiri, melakukan dialog bersama siswa, dan membantu hanya jika
diperlukan.
3. Membantu siswa menetapkan tujuan
belajar secara benar
Guru dapat membantu siswa
menganalisis tugas yang diberikan, membantu menggali pengetahua dan kompetensi
yang telah dan belum didapat siswa, membantu menetapkan langkah-langkah belajar
dalam rangka mencapai kompetensi tertentu, serta memantau pelaksanaan
pembelajarannya.
- Penutup
Tugas
utama seorang guru atau instruktur di dalam proses belajar mandiri ialah sebagai
fasilisator, memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam pengembangan belajar
mandiri. Teman dalam proses belajar mandiri juga sangat penting, karena teman
merupakan mitra dalam belajar bersama dan diskusi. Siswa atau peserta didik
yang belajar mandiri tidak lepas dari bantuan, pengawasan dan arahan orang lain
termasuk guru atau instrukturnya secara terus menerus. Siswa mempunyai
kreativitas dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan merujuk
pada bimbingan yang diperolehnya.
Referensi:
Mudjiman, Haris. (2011). Belajar
Mandiri: Pembelakalan dan Penerapan. Surakarta: UNS press.
http://www.pustekkom.go.id/SMPTbk.htm
0 komentar:
Posting Komentar