Selasa, 24 Juni 2014

Peran Guru dalam Belajar Mandiri




Tugas dan Peranan Guru dalam Belajar Mandiri Siswa 
Oleh:
Singgih SUbiyantoro dan Nur Rochmat




  1. Pendahuluan
Salah satu tugas utama guru adalah melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa, atau kegiatan secara sengaja untuk memperoleh pengetahuan dan perubahan perilaku pebelajar. Dalam proses pembelajaran sering kali kita temui adanya kecenderungan guru meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan mengakibatkan siswa lebih pasif, mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
Konsep belajar mandiri sangat berbeda dengan konsep pembelajaran di atas. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai kompetensi tertentu guna mengatasi suatu masalah, dibangun dengan bekal pengetahuan dan kompetensi yang telah dimiliki pebelajar (Mudjiman, 2011: 9). Belajar mandiri juga dapat dikatakan sebagai cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru, tatap muka di kelas, atau dengan kehadiran teman sekolah. Dalam pengertian ini, pebelajar bebas untuk menentukan tujuan belajarnya, strategi belajarnya, merencanakan proses belajar, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar. Meskipun demikian, bukan berarti dalam belajar mandiri pebelajar tidak lagi memerlukan peranan guru. Guru tentunya juga mengemban tugas yang cukup besar dalam rangka menumbuhkan niat dan motivasi belajar siswa.
Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail mengenai peranan dan tugas-tugas guru dalam belajar mandiri siswa.






  1. Pembahasan
Di dalam pasal 4 UU. No. 14 Tahun 2005 juga telah dijelaskan bahwa guru merupakan agen pembelajaran. Maksudnya  yaitu guru berperan sebagai fasilitator, motivator, perekayasa pembelajaran, dan inspirator bagi peserta didik. Penjelasan tersebut memberikan suatu pemahaman bahwa, terdapat empat peran penting yang harus dilakukan guru dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas belajar siswa, yaitu :
1.    Guru Sebagai Fasilitator
Jika prestasi belajar adalah hasil, maka belajar merupakan prosesnya. Dalam proses itu, tentunya siswa akan menemui berbagai permasalahan. Di sinilah peranan fasilitaor dibutuhkan. Fasilitator adalah orang yang memfasilitasi belajar siswa. Fasilitator dalam konsep belajar mandiri, guru dan sekolah tidak lagi menjadi titik pusat kegiatan, tetapi lebih bersifat sebagai pendukung kebutuhan siswa.
Wina Senjaya (www.pustekkom.go.id) mengatakan bahwa agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. Dari ungkapan ini, jelas bahwa sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Sebagai gambaran, dalam ilmu sosial guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk menganalisa fenomena kehidupan sosial yang terjadi pada lingkungannya melalui majalah, koran, televisi, internet, dan fenomena kehidupan sosial sehari-hari sehingga siswa akan lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar dengan pengalaman hidup yang ia alami.
Made Pidarta (www.pustekkom.go.id) juga menjelaskan bahwa perilaku-perilaku yang perlu diperhatikan para pendidik sebagai fasilitator adalah sebagai berikut: (1) pendidik bertindak sebagai mitra; (2) melaksanakan disiplin yang permisif, ialah memberi kebebasan bertindak asal semua peserta didik aktif belajar; (3) memberi kebebasan kepada semua peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi mereka masing-masing; (4) mengembangkan cita-cita riil para peserta didik atas dasar pemahaman mereka tentang diri sendiri; (5) melayani pengembangan bakat setiap peserta didik; (6) melakukan dialog atau bertukar pikiran secara kritis dengan peserta didik; (7) memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berkreasi; (8) mempergunakan metode penemuan; (10) mempergunakan metode pembuktian.
2.    Guru Sebagai Motivator
Motivasi adalah suatu energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan, memberikan, dan menentukan arah kegiatan belajar. Siswa yang tidak mempunyai motivasi tidak mungkin akan melakukan aktifitas belajar.
Motivasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu : (1) motivasi intrinsik, adalah sebuah motivasi yang lahir dari diri pribadi seseorang, (2) motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Sebagai motivator guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa khususnya siswa yang belum memiliki motivasi diri sehingga secara perlahan akan lahir suatu kesadaran dalam dirinya untuk mengantarkannya kepada pintu kesuksesan. Banyak hal yang dapat dilakukan guru agar siswa selalu termotivasi untuk belajar, antara lain :
a.    Menciptakan suasana kelas yang kondusif, situasi belajar yang menyenangkan, dan tidak mudah untuk memarahi siswa.
b.    Bersikap simpati kepada siswa sehingga siswa akan merasa bahwa guru adalah pelindung sekaligus orang tua selama berada di sekolah.
c.    Menciptakan persaingan yang sehat diantara siswa
d.   Menjadikan lingkungan dan alam sebagai media belajar dengan menunjukkan contoh-contoh konkrit yang berada pada lingkungan hidupnya.
e.    Memberikan reward bagi siswa berprestasi.
Motivasi juga dapat dilakukan guru melalui kerjasama atau koordinasi dengan orang tua. Peran orang tua, misalnya : (1) secara efektif mengatur dan memonitor waktu anak; (2) membimbing mereka dalam menyelesaikan pekerjaan rumah; dan (3) mendiskusikan masalah-masalah sekolah dengan anak.


3.    Guru sebagai Perekayasa Pembelajaran
Guru profesional harus memiliki daya kreatifitas yang tinggi dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Kondisi pembelajaran yang tidak kondusif dan menegangkan akan melahirkan suatu tekanan psikis dalam diri siswa, yang berdampak pada hilangnya konsentrasi belajar siswa. Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan tersebut dapat diciptakan guru dengan kreatifitasnya dalam merekayasa materi pembelajaran ke dalam berbagai bentuk media, seperti media audio, media audio-visual, media cetak, media objek fisik, komputer, dan internet. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Seiring dengan kemajuan teknologi, pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK (komputer/internet) merupakan suatu pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa.
Mengutip pendapat Kemp dan Dayton (www.pustekkom.go.id) yang mengatakan bahwa manfaat pembelajaran dengan menggunakan media antara lain : (1) mampu memberikan kesan yang mendalam dan tahan lama pada diri siswa, (2) membuat pelajaran yang abstrak menjadi konkrit, dan (3) Meningkatkan kualitas hasil belajar. Fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain : (1) dapat menghindari terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat atau motivasi, (3) menarik perhatian, (4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam belajar, dan (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
4.    Guru Sebagai Inspirator
Guru harus dapat memberikan inspirasi atau petunjuk yang baik bagi kemajuan belajar siswa. Guru harus memberikan contoh kepada siswa bagaimana cara belajar yang baik, media apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga hal tersebut akan melahirkan sebuah inspirasi dan dalam diri siswa tersebut untuk terus belajar guna meraih prestasi.

Koller (www.teachthought.com) mengatakan salah satu revolusi di bidang pendidikan adalah bahwa pembelajaran konvensional akan berkurang, pembelajaran akan banyak dilakukan secara mandiri oleh para pebelajar dengan keterlibatan instruktur untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan menumbuhkan motivasi serta kedisiplinan. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran akan kembali ke masa Plato, yakni belajar melalui interaksi interpersonal dan penerapan teknologi baru untuk menumbuhkan berfikir kritis dan gairah belajar. Ada 6 peran guru dalam kegiatan belajar mandiri.
1.    Instruktur/ manajer pembelajaran
Jika bahan ajar benar-benar individual, misalnya seperti video pembelajaran, e-book, maka perlu adanya seseorang untuk membantu siswa mengarahkan dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan siswa. Instruktur akan memiliki peran dalam mengontrol kegiatan belajar siswa, memastikan tugas-tugas siswa dikerjakan secara mandiri bukan karya orang lain, serta memberikan dukungan ketika peserta didik gagal mencapai standar kompetensi tertentu.
2.    Remediator
Ketika ada siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, guru /instruktur harus bertindak sebagai perantara memecahkan masalah belajar siswa dan juga memberikan alternatif-alternatif pembelajaran, misalnya belajar dengan tatap muka.
3.    Pemupuk Ilmu
Jika diperlukan, guru bisa menyediakan kegiatan pengayaan materi di luar lingkup sistem pembelajaran otomatis. Dalam hal ini, guru membantu siswa menguasai konsep-konsep dasar informasi, membantu siswa menggunakan informasi yang telah mereka peroleh menjadi sebuah pengetahuan.
4.    Kolaborator / Mentor
Salah satu kemungkinan dalam pendidikan yang mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, guru akan sangat dibutuhkan untuk melayani proses belajar siswa, yakni sebagai kolaborator dan mentor siswa dalam kegiatan belajar maupun berwirausaha.  Kegiatan-kegiatan tersebut akan membantu siswa mengembangkan keterampilan berharga yang sebenarnya dibutuhkan oleh para siswa.
5.    Pengembang bahan ajar
Salah satu peran penting guru dalam sistem belajar mandiri adalah menciptakan bahan ajar mandiri bagi siswa sesuai kurikulum dan kebutuhan siswa. Ini sebenarnya adalah salah satu fungsi yang paling penting bahwa pendidik benar-benar memahami kebutuhan siswa mereka, kekuatan, kelemahan, dan kemampuan dasar siswanya. Dengan demikian, guru/ pendidik bisa menjadi sumber daya berharga yang akan digunakan untuk membantu meningkatkan konten-konten pembelajaran.
6.    N / A (Not Available)
Meskipun cukup tidak masuk akal, perbaikan sistem pendidikan lebih lanjut dari sistem belajar mandiri akan membuat pendidik usang. Internet menjadi pusat akses informasi, dan ada potensi untuk menciptakan kesempatan belajar baru.
Sementara itu
banyak kemungkinan teknologi baru dapat memberikan kemudahan bagi siswa dan mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga hampir membebaskan guru dari banyak rutinitas. Namun, penting untuk diingat bahwa pembelajaran yang sesungguhnya akan terjadi dalam konteks dan melalui proses mediasi sosial. Bahkan, belum ada satupun teknologi yang dapat mencapainya. Oleh karena itu kita tetap membutuhkan peranan guru dalam memberikan aspek yang paling penting dari pendidikan, yaitu sentuhan/ perasaan/ afeksi.

Tanggungjawab seorang guru dalam proses belajar mandiri setidaknya ada 2 (Mudjiman, 2011: 17) yaitu;
1.    Menguasai bidang studi dan teknik mengajar
Hal ini diperlukan untuk membuat siswa tertarik dengan materi yang diajarkan, dan selanjutnya tertarik untuk mempelajari sendiri lebih mendalam tanpa bantuan sepenuhnya dari guru.
2.    Membantu siswa melalui tahap-tahap pengembangan belajar mandiri
Guru harus memberikan stimulus, menumbuhkan niat, membuat keputusan yang benar, bertindak belajar, menilai hasil belajarnya sehingga emberikan kepuasan kepada siswa hingga membuat kegiatan belajar berkelanjutan.
Adapun tugas-tugas guru dalam belajar mandiri siswa, diantaranya sebagai berikut (Mudjiman, 2011);
1.    Merangsang siswa belajar
Merangsang siswa untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa agar dapat memahami dan menginterpretasikannya ke dalam pengetahuan baru.
2.    Menjadi fasilitator
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang fasilitator adalah bertanya, mendukung dari belakang, membimbing siswa menarik kesimpulan sendiri, melakukan dialog bersama siswa, dan membantu hanya jika diperlukan.
3.    Membantu siswa menetapkan tujuan belajar secara benar
Guru dapat membantu siswa menganalisis tugas yang diberikan, membantu menggali pengetahua dan kompetensi yang telah dan belum didapat siswa, membantu menetapkan langkah-langkah belajar dalam rangka mencapai kompetensi tertentu, serta memantau pelaksanaan pembelajarannya.


  1. Penutup
Tugas utama seorang guru atau instruktur di dalam proses belajar mandiri ialah sebagai fasilisator, memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam pengembangan belajar mandiri. Teman dalam proses belajar mandiri juga sangat penting, karena teman merupakan mitra dalam belajar bersama dan diskusi. Siswa atau peserta didik yang belajar mandiri tidak lepas dari bantuan, pengawasan dan arahan orang lain termasuk guru atau instrukturnya secara terus menerus. Siswa mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.


Referensi:

Mudjiman, Haris. (2011). Belajar Mandiri: Pembelakalan dan Penerapan. Surakarta: UNS press.


http://www.pustekkom.go.id/SMPTbk.htm


0 komentar:

Posting Komentar